Kisah ini saya dapat waktu naik angkutan umum bareng sopir-sopir. Ceritanya nih saya pulang ke Jombang bersamaan dengan beberapa warga Jombang lainnya. Satu bemo kalau nggak salah isinya 12 orang. Saya adalah satu-satunya penumpang yang bukan golongan sopir. Semacam terjebak di lingkungan asing gitu deh. Tapi untungnya mereka welcome dan nggak punya omongan kotor seperti preman terminal.Apa yang dibicarakan Oom-oom supir? Yang pasti tak jauh dari pekerjaan mereka berkelana kirim barang antar kota antar propinsi. Misalnya tentang bayaran yang mereka, rusaknya jalan di seputar pabrik kacang Garuda di Pati, mulusnya pembangunan aspal di hutan Blora dan… tentu saja kisah-kisah mistis yang menyelimuti perjalanan mereka.
Diceritaken… lahan dingin gunung merapi menyapu sebagian besar jalanan ibukota Jogja dan menyisakan lautan pasir dan batu-batu besar. Ini adalah kesempatan buat para tengkulak pasir buat meraup rejeki. Singkat kata, mereka dapat order pasir untuk dikirim ke Semarang. Ya mudah saja, tinggal pindahkan pasir gratis itu ke atas truk dan dikirim. Begitulah mereka bergembira pasca bencana meletusnya gunung Merapi.
Tapi apa yang terjadi. Begitu truk bermuatan pasir itu sampai di kota Semarang, ternyata yang mereka muat bukan pasir, tapi berwujud batu gragal. Batu gragal memiliki ukuran lebih besar dari batu pasir. Mereka kebingungan. Sejak kapan pasir bisa jadi gragal hanya karena terkena pemanasan sinar matahari. Akhirnya order tersebut dibatalkan. Batu gragal dikembalikan ke tempat asalnya. Hal ini pun terjadi kepada pada sopir-sopir lain yang memuat pekerjaan sejenis.
Sesaat setelah mengembalikan batu gragal, malam harinya mereka bermimpi didatangi arwah penunggu Merapi. Bahasa sederhananya mereka nggak boleh memindahkan pasir-pasir tersebut. Termasuk batu-batu besar yang sulit dipindahkan warga, itu adalah salah satu ‘peliharaan’ Merapi.
PASIR GUNUNG KELUD JUGA ANEH Selain cerita tentang Merapi, sopir lainnya cerita seputar meletusnya gunung Kelud beberapa tahun lalu. Peristiwanya hampir sama. Lahar dingin menyisakan lautan pasir di jalanan kota Kediri. Mereka mengambil pasir tersebut untuk dijual kepada orang-orang yang membutuhkan, misalnya kontraktor pembangunan mall.
Saat pasir telah dikirim ke tujuan, malam harinya terjadi keanehan. Para pamong desa tempat pasir diambil, didatangi oleh ‘penunggu’ gunung Kelud. Entah namanya siapa saya nggak tahu pasti. Yang pasti arwah tersebut berujar: “kalau memang pasirnya kurang, nanti aku tambahin pasir dan batu”. Tentu saja hal ini membuat ketakutan para pemimpin desa yang masih percaya pada kekuatan gaib tersebut. Ujung-ujungnya, semua order pasir dikembalikan ke tempat asalnya.
Yahh… Inilah Indonesia. Bisnis dan mitos seringkali berbaur menjadi satu. Banyak keputusan bisnis yang dikendalikan berdasarkan ritual dan tradisi yang berakar pada kepercayaan kekuatan gaib. Percaya nggak percaya memang ini adanya. Kurang lebihnya silakan ditelaah dengan opini masing-masing.
( Sumber: http://agussiswoyo.net/ journal/keanehan-pasir-lahar- dingin-gunung-merapi-dan- kelud/ )
Diceritaken… lahan dingin gunung merapi menyapu sebagian besar jalanan ibukota Jogja dan menyisakan lautan pasir dan batu-batu besar. Ini adalah kesempatan buat para tengkulak pasir buat meraup rejeki. Singkat kata, mereka dapat order pasir untuk dikirim ke Semarang. Ya mudah saja, tinggal pindahkan pasir gratis itu ke atas truk dan dikirim. Begitulah mereka bergembira pasca bencana meletusnya gunung Merapi.
Tapi apa yang terjadi. Begitu truk bermuatan pasir itu sampai di kota Semarang, ternyata yang mereka muat bukan pasir, tapi berwujud batu gragal. Batu gragal memiliki ukuran lebih besar dari batu pasir. Mereka kebingungan. Sejak kapan pasir bisa jadi gragal hanya karena terkena pemanasan sinar matahari. Akhirnya order tersebut dibatalkan. Batu gragal dikembalikan ke tempat asalnya. Hal ini pun terjadi kepada pada sopir-sopir lain yang memuat pekerjaan sejenis.
Sesaat setelah mengembalikan batu gragal, malam harinya mereka bermimpi didatangi arwah penunggu Merapi. Bahasa sederhananya mereka nggak boleh memindahkan pasir-pasir tersebut. Termasuk batu-batu besar yang sulit dipindahkan warga, itu adalah salah satu ‘peliharaan’ Merapi.
PASIR GUNUNG KELUD JUGA ANEH Selain cerita tentang Merapi, sopir lainnya cerita seputar meletusnya gunung Kelud beberapa tahun lalu. Peristiwanya hampir sama. Lahar dingin menyisakan lautan pasir di jalanan kota Kediri. Mereka mengambil pasir tersebut untuk dijual kepada orang-orang yang membutuhkan, misalnya kontraktor pembangunan mall.
Saat pasir telah dikirim ke tujuan, malam harinya terjadi keanehan. Para pamong desa tempat pasir diambil, didatangi oleh ‘penunggu’ gunung Kelud. Entah namanya siapa saya nggak tahu pasti. Yang pasti arwah tersebut berujar: “kalau memang pasirnya kurang, nanti aku tambahin pasir dan batu”. Tentu saja hal ini membuat ketakutan para pemimpin desa yang masih percaya pada kekuatan gaib tersebut. Ujung-ujungnya, semua order pasir dikembalikan ke tempat asalnya.
Yahh… Inilah Indonesia. Bisnis dan mitos seringkali berbaur menjadi satu. Banyak keputusan bisnis yang dikendalikan berdasarkan ritual dan tradisi yang berakar pada kepercayaan kekuatan gaib. Percaya nggak percaya memang ini adanya. Kurang lebihnya silakan ditelaah dengan opini masing-masing.
( Sumber: http://agussiswoyo.net/
diposkan oleh: http://mas-laroyba.blogspot.com/
untuk suasana lain silakan klik: http://mas-labbaika.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar