Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki kekuatan maritim terbesar di dunia. Namun, Angkatan Laut AS justru menyatakan masih harus belajar dari Indonesia mengenai operasi militer di laut, yang memiliki karakter khusus.
Pengakuan itu disampaikan Laksamana Madya Scott van Buskirk, Panglima Armada ke-7 militer AS. Menurut van Buskirk, Angkatan Laut Indonesia memiliki keunggulan tertentu yang masih harus dipelajari AS dan ini terlihat dalam latihan militer bersama pasukan maritim kedua negara, Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) di Laut Jawa akhir Mei lalu.
Menurut van Buskirk, satu hal yang harus dipelajari militernya dari Indonesia adalah taktik operasi militer dengan perahu atau kapal berukuran kecil saat berada di perairan dangkal. "Wilayah ini memiliki perairan dangkal yang cukup signifikan. Kemampuan kami tidak sekuat yang dimiliki Indonesia," kata van Buskirk dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 16 Juni 2011.
"Angkatan Laut Indonesia berpengalaman dalam beroperasi di laut dangkal. Kami harus banyak belajar dari Angkatan Laut Indonesia bagaimana menjalankan misi di laut seperti itu," lanjut van Buskirk.
Sebagai Panglima Armada ke-7 militer AS, yang beroperasi dari Samudera Pasifik sebelah barat hingga Samudera Hindia, van Buskirk memiliki 70 kapal dari berbagai tipe, 200 pesawat, dan 40.000 personel Angkatan Laut dan Korps Marinir. Namun, menurut van Buskirk, pihaknya masih kekurangan kapal-kapal yang bisa berkeliaran di laut dangkal.
"Kami belum memiliki banyak kapal untuk beroperasi di perairan itu, sedangkan Indonesia punya cukup kapal...Maka kita harus belajar lagi dengan Indonesia untuk saling meningkatkan kemampuan," kata van Buskirk.
Dalam latihan militer bersama bulan lalu, van Buskirk juga mengakui kemampuan pasukan Indonesia dalam menjalankan operasi dari helikopter ke kapal. "Kemampuan itu dibutuhkan untuk operasi darurat, seperti penyelamatan sandera dari suatu kapal yang dibajak perompak," kata van Buskirk.
Sebelumnya, Komandan Gugus Tugas 73 Angkatan Laut AS, Laksamana Muda Thomas Carney, sebelum latihan bersama Mei lalu menyebut bahwa TNI-AL memiliki banyak pengalaman dalam operasi anti perompakan dan patroli di beberapa perairan tersibuk di dunia. "Sehingga kami sangat ingin melatih kemahiran ini bersama," kata Carney.
Van Buskirk juga mengungkapkan bahwa selama latihan gabungan itu, Indonesia juga belajar pengalaman dan kemampuan AS dalam peperangan anti kapal selam. "Banyak negara juga berlatih dan belajar dengan kami mengenai teknik peperangan itu karena kami sudah bertahun-tahun menguasainya," kata van Buskirk.
Selama mengikuti latihan gabungan dengan Indonesia, AS membawa tiga kapal perang dan 1.600 personel AS dan Marinir. Selain operasi militer, latihan itu juga diisi dengan acara bakti sosial seperti pelayanan medis umum dan gigi kepada penduduk lokal.
Van Buskirk mengunjungi Indonesia selama tiga hari sejak 15 Juni 2011. Selama kunjungan van Buskirk bertemu dengan Kepala Staf TNI AL, Laksamana Soeparno dan Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo. Van Buskirk juga memberi kuliah umum di Sekolah Staf Komando AL.
• VIVAnewsPengakuan itu disampaikan Laksamana Madya Scott van Buskirk, Panglima Armada ke-7 militer AS. Menurut van Buskirk, Angkatan Laut Indonesia memiliki keunggulan tertentu yang masih harus dipelajari AS dan ini terlihat dalam latihan militer bersama pasukan maritim kedua negara, Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) di Laut Jawa akhir Mei lalu.
Menurut van Buskirk, satu hal yang harus dipelajari militernya dari Indonesia adalah taktik operasi militer dengan perahu atau kapal berukuran kecil saat berada di perairan dangkal. "Wilayah ini memiliki perairan dangkal yang cukup signifikan. Kemampuan kami tidak sekuat yang dimiliki Indonesia," kata van Buskirk dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 16 Juni 2011.
"Angkatan Laut Indonesia berpengalaman dalam beroperasi di laut dangkal. Kami harus banyak belajar dari Angkatan Laut Indonesia bagaimana menjalankan misi di laut seperti itu," lanjut van Buskirk.
Sebagai Panglima Armada ke-7 militer AS, yang beroperasi dari Samudera Pasifik sebelah barat hingga Samudera Hindia, van Buskirk memiliki 70 kapal dari berbagai tipe, 200 pesawat, dan 40.000 personel Angkatan Laut dan Korps Marinir. Namun, menurut van Buskirk, pihaknya masih kekurangan kapal-kapal yang bisa berkeliaran di laut dangkal.
"Kami belum memiliki banyak kapal untuk beroperasi di perairan itu, sedangkan Indonesia punya cukup kapal...Maka kita harus belajar lagi dengan Indonesia untuk saling meningkatkan kemampuan," kata van Buskirk.
Dalam latihan militer bersama bulan lalu, van Buskirk juga mengakui kemampuan pasukan Indonesia dalam menjalankan operasi dari helikopter ke kapal. "Kemampuan itu dibutuhkan untuk operasi darurat, seperti penyelamatan sandera dari suatu kapal yang dibajak perompak," kata van Buskirk.
Sebelumnya, Komandan Gugus Tugas 73 Angkatan Laut AS, Laksamana Muda Thomas Carney, sebelum latihan bersama Mei lalu menyebut bahwa TNI-AL memiliki banyak pengalaman dalam operasi anti perompakan dan patroli di beberapa perairan tersibuk di dunia. "Sehingga kami sangat ingin melatih kemahiran ini bersama," kata Carney.
Van Buskirk juga mengungkapkan bahwa selama latihan gabungan itu, Indonesia juga belajar pengalaman dan kemampuan AS dalam peperangan anti kapal selam. "Banyak negara juga berlatih dan belajar dengan kami mengenai teknik peperangan itu karena kami sudah bertahun-tahun menguasainya," kata van Buskirk.
Selama mengikuti latihan gabungan dengan Indonesia, AS membawa tiga kapal perang dan 1.600 personel AS dan Marinir. Selain operasi militer, latihan itu juga diisi dengan acara bakti sosial seperti pelayanan medis umum dan gigi kepada penduduk lokal.
Van Buskirk mengunjungi Indonesia selama tiga hari sejak 15 Juni 2011. Selama kunjungan van Buskirk bertemu dengan Kepala Staf TNI AL, Laksamana Soeparno dan Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo. Van Buskirk juga memberi kuliah umum di Sekolah Staf Komando AL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar