Bertempat tinggal dekat bandara memang menyingkat waktu perjalanan bila ingin bepergian dengan pesawat. Namun, warga sekitar ternyata kerap mendapat ‘hadiah’ cuaca sangat buruk.Bagaimana bisa?
Menurut sebuah studi, pesawat dapat meningkatkan kesempatan turunnya salju dan hujan.Peristiwa ini terjadi saat pesawat sedang mendarat atau akan terbang. Temuan yang diterbitkan di jurnal Science dan didedkasikan untuk akademik ini didasarkan pada hasil pencitraan satelit awan di sekitar bandara dan model komputer pada perilaku awan.
Disebutkan, imbas pesawat jet benar-benar bisa menembus awan. Peristiwa ini serupa operasi ‘pembenihan awan’, dimana kristal es diciptakan di atmosfer untuk menghasilkan hujan.
Efek samping penerbangan tampak sangat jelas di sekitar bandara tersibuk di dunia, termasuk bandara Heathrow, London, tempat lebih dari 1.200 pesawat lepas landas atau mendarat tiap harinya.
Fenomena ini terjadi saat pesawat ‘mendobrak’ melewati awan yang mengandung air ‘sangat dingin’ atau air yang sudah ada dalam bentuk tetesan cair pada suhu minus 10 derajat Celsius atau lebih dingin lagi.
Saat pesawat dengan cepat melewati awan, udara yang ada di belakang sayap dan baling-baling pesawat mengembang dan mendingin dengan cepat. Penurunan suhu mendadak inilah yang cukup untuk membekukan tetesan air super dingin dan mengubahnya menjadi aliran kristal es.
Seiring waktu, kristal es tumbuh dan mempengaruhi tetes air di sekitarnya dan menciptakan sebuah lubang di awan yang bisa mengembang selama beberapa jam dan meningkatkan kemungkinan terjadinya salju atau hujan saat pesawat mendarat.
Dr Andrew Heymsfield dari National Centre for Atmospgeric Research di Boulder, Kolorado, mengatakan, pesawat meningkatkan kemungkinan turun salju saat raksasa langit ini melubangi awan setelah lepas landas dan saat pesawat menciptakan ‘kanal’ di awan ketika mendarat.
“Apakah pesawat menciptakan lubang atau kanal di awan tergantung pada lintasannya,” jelasnya. Saat mendaki melalui lapisan awan super dingin, pesawat hanya bisa menghasilkan satu lubang, lanjutnya.
“Namun, saat pesawat terbang di tingkat lapisan awan, pesawat bisa menghasilkan kanal yang panjang,” lanjutanya lagi. Hasil studi ini menemukan, lapisan awan super dingin seluas 100 km menyelimuti bandara utama dunia.
Efek ‘penyemaian’ awan ini akan lebih terlihat di dekat kutub utara dan selatan. Peneliti meneliti 20 gambar satelit yang menyelimuti awan yang memiliki lubang menggantung di atas Texas pada satu hari di Januari 2007.
Beberapa lubang bahkan tampak selama lebih dari empat jam dan terus tumbuh sepanjang 96 km. Tim ini kemudian meneliti data penerbangan dari US Federal Aviation Administration (FAA) untuk mencari tahu pesawat terbang apa yang terbang di tiap daerah, antara ketinggian 7-8 km hari itu.
Peneliti menemukan, bermacam pesawat bisa menghasilkan lubang, termasuk jet jumbo, pesawat militer dan jet bermesin tunggal pribadi. Para peneliti mengaku pesawat ini tak mungkin mempengaruhi iklim global.
Namun, pesawat ini bisa meningkatkan kebutuhan untuk mencairkan es pesawat dengan frekuesni lebih sering di masa depan, lanjut mereka. Bukan pertama kalinya ilmuwan menghubungkan pesawat dengan cuaca.
Awal tahun ini, sebuah hasil studi menyimpulkan, kondensasi jalur yang terbentuk saat uap air mesin pesawat membeku bisa lebih menghangatkan planet ini dibanding gas rumah kaca yang dilepaskan dari mesin pesawat.
Hasilnya, ‘perangkap awan panas’ memancar kembali dari permukaan Bumi, ujar peneliti Jerman seperti termuat di jurnal Nature Climate Change.
Menurut sebuah studi, pesawat dapat meningkatkan kesempatan turunnya salju dan hujan.Peristiwa ini terjadi saat pesawat sedang mendarat atau akan terbang. Temuan yang diterbitkan di jurnal Science dan didedkasikan untuk akademik ini didasarkan pada hasil pencitraan satelit awan di sekitar bandara dan model komputer pada perilaku awan.
Disebutkan, imbas pesawat jet benar-benar bisa menembus awan. Peristiwa ini serupa operasi ‘pembenihan awan’, dimana kristal es diciptakan di atmosfer untuk menghasilkan hujan.
Efek samping penerbangan tampak sangat jelas di sekitar bandara tersibuk di dunia, termasuk bandara Heathrow, London, tempat lebih dari 1.200 pesawat lepas landas atau mendarat tiap harinya.
Fenomena ini terjadi saat pesawat ‘mendobrak’ melewati awan yang mengandung air ‘sangat dingin’ atau air yang sudah ada dalam bentuk tetesan cair pada suhu minus 10 derajat Celsius atau lebih dingin lagi.
Saat pesawat dengan cepat melewati awan, udara yang ada di belakang sayap dan baling-baling pesawat mengembang dan mendingin dengan cepat. Penurunan suhu mendadak inilah yang cukup untuk membekukan tetesan air super dingin dan mengubahnya menjadi aliran kristal es.
Seiring waktu, kristal es tumbuh dan mempengaruhi tetes air di sekitarnya dan menciptakan sebuah lubang di awan yang bisa mengembang selama beberapa jam dan meningkatkan kemungkinan terjadinya salju atau hujan saat pesawat mendarat.
Dr Andrew Heymsfield dari National Centre for Atmospgeric Research di Boulder, Kolorado, mengatakan, pesawat meningkatkan kemungkinan turun salju saat raksasa langit ini melubangi awan setelah lepas landas dan saat pesawat menciptakan ‘kanal’ di awan ketika mendarat.
“Apakah pesawat menciptakan lubang atau kanal di awan tergantung pada lintasannya,” jelasnya. Saat mendaki melalui lapisan awan super dingin, pesawat hanya bisa menghasilkan satu lubang, lanjutnya.
“Namun, saat pesawat terbang di tingkat lapisan awan, pesawat bisa menghasilkan kanal yang panjang,” lanjutanya lagi. Hasil studi ini menemukan, lapisan awan super dingin seluas 100 km menyelimuti bandara utama dunia.
Efek ‘penyemaian’ awan ini akan lebih terlihat di dekat kutub utara dan selatan. Peneliti meneliti 20 gambar satelit yang menyelimuti awan yang memiliki lubang menggantung di atas Texas pada satu hari di Januari 2007.
Beberapa lubang bahkan tampak selama lebih dari empat jam dan terus tumbuh sepanjang 96 km. Tim ini kemudian meneliti data penerbangan dari US Federal Aviation Administration (FAA) untuk mencari tahu pesawat terbang apa yang terbang di tiap daerah, antara ketinggian 7-8 km hari itu.
Peneliti menemukan, bermacam pesawat bisa menghasilkan lubang, termasuk jet jumbo, pesawat militer dan jet bermesin tunggal pribadi. Para peneliti mengaku pesawat ini tak mungkin mempengaruhi iklim global.
Namun, pesawat ini bisa meningkatkan kebutuhan untuk mencairkan es pesawat dengan frekuesni lebih sering di masa depan, lanjut mereka. Bukan pertama kalinya ilmuwan menghubungkan pesawat dengan cuaca.
Awal tahun ini, sebuah hasil studi menyimpulkan, kondensasi jalur yang terbentuk saat uap air mesin pesawat membeku bisa lebih menghangatkan planet ini dibanding gas rumah kaca yang dilepaskan dari mesin pesawat.
Hasilnya, ‘perangkap awan panas’ memancar kembali dari permukaan Bumi, ujar peneliti Jerman seperti termuat di jurnal Nature Climate Change.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar